MAKALAH AGAMA ISLAM
JUJUR, AMANAH, ISTIQOMAH
DISUSUN OLEH:
LARASATI NW
VII - C
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 CIAMIS
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas Makalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“Pendidikan Agama Islam”.
Makalah ini
kami susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ (Jujur, Amanah, dan Istiqomah)”, yang di sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini kami susun dengan
berbagai rintangan, baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari
luar. Kendala kami dalam menulis karya tulis ini adalah waktu, serta berbagai
hal yang tidak dapat kami sebutkan.
Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa akhirnya
Makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga
Makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja khususnya bagi diri kami sendiri,
para mahasiswa dan semua yang membaca Makalah kami ini, dan mudah-mudahan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami
menyadari bahwa dalam menulis karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna sempurnanya karya tulis ini.
Terimakasih.
Ciamis, 3 November 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Globalisasi telah melanda dunia dimana-mana yang
selama ini mudah berubah akibat tidak ada batasan lagi antara ruang dan waktu,
sehingga nilai-nilai tersebut berubah menjadi relevan dan subjektif. Semua yang
berkaitan dengan perilaku, budi pekerti, akhlak dan moral tidak bisa dikatakan
objektif, karena nilai yang dianggap sebagai landasan perilaku itu sendiri
mudah berubah.
Hal-hal yang belakangan ini muncul yaitu suatu
perilaku batasan antara pornografi dan pornoaksi dengan seni yang sangat tipis
dan berpakaian yang ketat, minim merupakan bagian dari pada seni yang saat ini
telah merajalela menjadi sebuah nilai budaya atau bagian dari seni yang umum
untuk masyarakat khususnya remaja muda.
Kita juga sering mendengar berita-berita tentang
banyaknya akhlak-akhlak para pemuda yang rusak. Di lingkungan pelajar dan
mahasiswa misalnya, sering kita dengar tawuran antar pelajar, siswa-siswi yang
tidak berakhlak, dan pergaulan bebas. Oleh karena itu dibutuhkan penguat
kembali berdasarkan Al-quran dan Al-Hadist. Akhlak inilah berperan sebagai
cermin pribadi seseorang apakah punya rasa malu, muru’ah, amanah, jujur, adil,
lemah, kasih sayang terhadap sesama, dermawan dan ikhlas dalam berbuat, suka
menolong dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Akhlak Pribadi.
Akhlak menurut kamus Al-munajid adalah
budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Menurut Dr. Ahmad
Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak
adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya
dan selalu ada padanya.
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi
kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan
menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara rohani.
B. Macam-Macam Akhlak Pribadi
Akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi
seorang muslim yang baik dan akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam-macam
akhlak pribadi yang baik:
Ø SHIDIQ
(jujur)
Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin
dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin,
baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar
perbuatan. Rasulullah saw telah memerintahkan setiap muslim untuk selalu
shidiq (jujur), karena sikap shidiq (jujur) membawa kepada kebaikan, dan
kebaikan akan menghantarkan ke surga.
· Ruang
Lingkup Shidiq
Imam
Ghazali menyebutkan ada 6 jenis sidik yang perlu direalisasikan dalam diri
seorang mu’min agar menjadi mu’min yang sebenarnya.(Ihya Vol4. :375 – 380).
a. Shidqul
Lisan (Benar dalam ucapan)
Ucapan
manusia adalah ekspressi yang ada di hatinya. Hati yang baik melahirkan
ucapan yang baik. Sebaliknya hati yang buruk mengeluarkan ucapan yang buruk.
Perbaikan ucapan harus dimulai dari perbaikan hati. Apabila hati baik, ucapan
yang keluar menjadi baik dan selanjutnya akan mengikuti oleh prilaku yang baik.
Dan prilaku yang baik akan dibalas dengan ampunan dosa yang dapat membersihkan
diri manusia.
“Hai
orang-orang yang beriman bertaubatah kepada Allah dan berkatalah yang benar,
niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal perbuatan dan mengampuni
dosa-dosamu(QS.33: )
b. Shidqul Niyah
dan Irodah (Benar dalam keyakinan dan motivasi)
Nilai
perbuatan seseorang tergantung motivasi dan niatnya. Manakala perbuatan yang
baik dilandasi dengan niat yang baik, mangharap ridho Allah maka nilai
perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya manakala motivasi dan niatnya buruk
sekaligus tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti apa-apa yang kadang-kadang
dilakuakan oleh orang munafik. Nabi bersabda :“sesungguhnya amal perbuatan
manusia tergantung niatnya. Dan amal setiap orang mendapatkan balasan perbuatan
yang tergantung niatnya.”
c. Shidqul ‘Azmi (Benar
dalam Tekad)
Untuk
melakukan perbuatan yang baik dan benar tidak cukup dengan adanya keinginan dan
motivasi, tetapi harus ditopang dengan tekad yang kuat untuk merealisasikan
perbuatan tersebut banyak rintangan, tantangan dan kendalanya. Suksesnya Abu
Bakar dalam memerangi orang-orang yang murtad, tidak mau membayar zakat, karena
tekadnya yang luar biasa untuk memerangi orang-orang murtad sekalipun sendirian
tanpa dukungan sahabat-sahabatnya yang lain. Tekad inilah yang kemudian
mendapatkan dukungan dan simpati Umar dan seluruh sahabat yang lain.
d. Shidqul Wafa’ (Benar
dalam kesetiaan)
Wafa
(setia) adalah sifat ulul albab, orang-orang suci, orang-orang mu’min dan
muttaqin yang dipuji didalam Al Qur’an. Ulul albab adalah “orang-orang yang
setia memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak merusak janji” orang-orang Abror
(suci) adalah yang setia menunaikan nazarnya dan takut akan sesuatu hari (kiamat)
yang azabnya tersebar dimana-mana .
e. Shidqul
Amal (Benar dalam Perbuatan)
Risalah
manusia adalah untuk beramal, berbuat yang shaleh dan positif. “Dan katakanlah
: “Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan
melihat amal perbuatannya. (QS. At-Taubah : 105). Amal perbuatan yang
benar yang akan menjadi bekal yang membahagiakan manusia kelak di akhirat.”
Barang siapa yang lebih berat timbangan amal baiknya maka dia akan mendapatkan
kehidupan yang menyenangkan” (101 :7)
f. Shidiq dalam
merealisir tingkatan-tingkatan terpuji.
Mu’min
sejati adalah yang dapat mengembangkan seluruh pontensi dan sifat-sifatnya.
Seperti yang digamabrkan dalam surat Attaubah (9: 111-112) “Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau
terbunuh. Sesungguhnya itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam
Taurat, Injil dan Al-Qur’an dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain
dari pada Allah ? maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan.
Dan itulah kemenangan yang besar . “mereka itulah orang-orang yang bertaubat,
yang beribadah, yang memuji Allah, yang melawat untuk mencari ilmu pengetahuan
atau berjihad, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah
berbuat mungkar dan yang memelihar hukum-hukum Allah dan gembiralah orang-orang
mu’min itu..selain itu terdapat juga dalam QS. Al-Ahzab : 35
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ
وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ
وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ
وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ
مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Artinya:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab : 35)
· Bentuk-Bentuk
Kebohongan
Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu
mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi
atau di tambahi sehingga tidak sesuai dengan kebenarannya. Sifat bohong
adalah sifat yang sangat tercela.
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari sifat kebohongan
:
1. Khianat
Sifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang
dimiliki orang, karena sifat khianat dapat membawa mudhorot kepada orang lain
secara langsung. Allah tidak menyukai orang yang memiliki sifat khianat
berdasarkan firmannya :
“Dan janganlah kamu berdebat ( untuk membela )
orang-orang yang menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An –Nisa
4:107)
2. Mungkir Janji
Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah
satu sifat orang-orang munafik karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap
jiwa manusia yang lemah, mungkir janji menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan
melahirkan angan-angan kosong. Oleh karena itu Rasullah saw memasukkan mungkir
janji sabagai salah satu sifat orang-orang mnafik. (HR. Muslim).
3. Kesaksian Palsu
Kesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena
akan mendatangkan kemudhorotan yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak
bersalah akan menanggung akibat baiknyawa, harta benda dan lain sebagainya.
4. Fitnah
Pada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah
untuk menjatuhkan nama atau menggagalkan usahanya. Oleh sebab itu Allah
memerintahkan kepada orang yang beriman sebelum mempercayai suatu berita, di
adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu. Hal ini terdapat dalam surat
(Al-Hujarat 49 : 6)
5. Gunjing
Sifat menggunjinag adalah sifat sikap seseorang yang
memiliki jiwa sakit, tidak ada keinginan dalam hidupnya yang ada hanya dia akan
senang jika melihat seseorang bermusuhan dan bertengkar. Allah memberi
perumpamaan orang-orang yang memilik sifat gunjing seperti memakan bamgkai
saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata melawan gunjing adalah dengan
tidak mendengarkannya.
· Kedudukan
dan Keutamaan Sifat Shidiq
a. Shidiq
merupakan sifat orang-orang yang beriman dan Allah memuji mereka karena sifat
ini. Allah SWT berfirman :
مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ
قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا
Artinya: di antara orang-orang mukmin itu ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di
antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),
b. Shidiq adalah
sifat yang sangat mulia. Ia merupakan salah satu sifat yang melekat pada diri
nabi dan Rosul.”ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam Al Kitab sesungguhnya ia
adalah orang yang sidik (sangat benar)lagi pula seorang nabi (19:41). “dan
ceritakanlah kisah Idris didalam Al Kitab dia adalah orang yang sangat benar
lagi seorang nabi” (19:65).
c. Shidiq
merupakan salah satu sifat yang menjamin keberuntungan. Kitab Ibnu Abbas,
ada empat hal yang menjamin keberuntungan manusia : 1). Sidik, 2). Malu,
3).Ahlak yang baik dan 4) Syukur.
d. Shidiq
merupakan salah satu pondasi tegaknya agama. Kata Muhammad bin Ali
Al-Katami tegaknya agama Allah di atas tiga pondasi utama yaitu : Al-Haq,
Ash-Shidq dan Al-‘Adl. Al- Haq artinya kebenaran pada prilaku.
Ash-Shidq kebenaran pada ucapan dan Al-‘Adl kebenaran hati nurani (Ihya
Ulumuddin hal 4 : 375)Orang yang komitment dengan sifat shidiq akan naik
derajatnya di sisi Allah, dicintai manusia, diampuni dosa dan kesalahannya
dan kelak dimasukkan ke dalam surga bersama-sama dengan para Nabi.
Sabda
Rasululah saw. :
عَن ابْنِ
مَسْعُودٍ رضي اللَّه عنه عن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : «
إِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ
، وَإِنَّ الرَّجُلَ ليصْدُقُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقاً ، وإِنَّ
الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفجُورِ وَإِنَّ الفجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّاباً » متفقٌ
عليه .
Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:
"Sesungguhnya shidiq akan menentukan kepadaperbutan birr
(kebaikan), dan sesungguhnya kebaikan akan menuntun ke
surga. Seseorang itusungguh melakukan kebanaran sehingga
dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang ahlimelakukan kebenaran. Dan
sesungguhnya berdusta itu menuntun kepada penyimpangan dan
sesungguhnya penyimpangan itu menjerumuskan kepada
neraka. Seseorang sungguh berdusta sehingga dicatat di sisi
Allah sebagai seorang yang ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)
Firman Allah SWT :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ
فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ
وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Artinya: Dan barang siapa yang mentaati
Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang
sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’ : 69).
e. Orang yang
mempunyai sifat shidiq akan mendapatkanketenangan hati dan ketentraman jiwa.
Sabda Rasulullah saw :
دَعْ مَا
يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ
الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Artinya:
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu. Karena
kejujuran itu merupakan ketenangandan dusta itu keragu-raguan. (HR. Tirmidzi
dan Ahmad).
f. Orang yang
shidiq akan mendapatkan keberkahan dalam berusaha. Sabda Rasulullah saw
:
الْبَيِّعَانِ
بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ
صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا
مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Artinya:
“Dua orang yang melakukan jual beli bisa dengan khiyar selama keduanya belum
berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, maka keduanya akan diberikan
keberkahan, dan jika keduanya tidak terus terang dan dusta, maka keberkahan
jual
Ø Amanah (
dipercaya )
Amanah artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang
lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis kekuatan iman. Semakin menipis
keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara
titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam
pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia dan
kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan
oleh Allah ataupun manusi dengan baik.
· Bentuk-bentuk
amanah
Ahmad Musthafa Al-Maraghi membagi amanah kepada 3
macam, yaitu :
1. Amanah
manusia terhadap Tuhan, yaitu semua ketentuan Tuhan yang harus dipelihara
berupa melaksankan semua perintah Tuhan dan meninggalkan semua laranganNya.
Termasuk di dalamnya menggunakan semua potensi dan anggota tubuh untuk hal-hal
yang bermanfaat serta mengakui bahwa semua itu berasal dari Tuhan. Sesungguhnya
seluruh maksiat adalah perbuatan khianat kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Amanah manusia
kepada orang lain, diantaranya mengembalikan titipan kepada yang mempunyainya,
tidak menipu dan berlaku curang, menjaga rahasia dan semisalnya yang merupakan
kewajiban terhadap keluarga, kerabat dan manusia secara keseluruhan. Termasuk
pada jenis amanah ini adalah pemimpin berlaku adil terhadap masyarakatnya,
ulama berlaku adil terhadap orang-orang awam dengan memberi petunjuk kepada
mereka untuk memiliki i'tikad yang benar, memberi motivasi untuk beramal yang
memberi manfaat kepada mereka di dunia dan akhirat, memberikan pendidikan yang
baik, menyuruh berusaha yang halal serta memberikan nasihat-nasihat yang dapat
memperkokoh keimanan agar terhindar dari segala kejelekan dan dosa serta
mencintai kebenaran dan kebaikan. Amanah dalam katagori ini juga adalah seorang
suami berlaku adil terhadap istrinya berupa salah satu pihak pasangan
suami-istri tidak menyebarkan rahasia pasangannya, terutama rahasia yang
bersifat khusus yaitu hubungan suami istri.
3. Amanah
manusia terhadap dirinya sendiri, yaitu berbuat sesuatu yang terbaik dan
bermanfaat bagi dirinya baik dalam urusan agama maupun dunia, tidak pernah
melakukan yang membahayakan dirinya di dunia dan akhirat.
Dengan
memperhatikan pendapat Ahmad Musthafa Al-Maraghi tersebut, amanah melekat pada
diri setiap manusia sebagai mukallaf dalam kapasitasnya sebagai hamba Allah,
individu dan makhluk sosial. Disamping 3 macam amanah tersebut di atas,
terdapat satu macam amanah lagi yakni Amanah terhadap lingkungan. Amanah
terhadap lingkungan hidup berupa memakmurkan dan melestarikan lingkungan (Q.S.
11 : 61), tidak berbuat kerusakan di muka bumi (Q.S.7 :85). Eksploitasi
terhadap kekayaan alam secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak negatifnya
yang berakibat rusaknya ekosistem, ilegal loging, ilegal maning dan pemburuan
binatang secara liar merupakan sikap tidak amanah terhadap lingkungan yang berakibat
terjadinya berbagai bentuk bencana alam seperti gempa bumi, longsor dan banjir
serta bencana lainnya yang mempunyai dampak rusak bahkan musnahnya tatanan
sosial kehidupan manusia.
Amanah
merupakan landasan etika dan moral dalam bermuamalah termasuk di dalamnya pada
saat menjalankan roda perekonomian dewasa ini. Dengan amanah akan tercipta
kondisi masyarakat yang jujur, dapat dipercaya, transparan dan berlaku adil
dalam setiap transaksi dan kerjasa sama, sehingga tercipta lingkungan kerja
yang kondusip, membawa keberkahan kepada pihak-pihak yang terkait dan
menimbulkan kemaslahatan bagi umat manusia secara keseluruhan.
· Keutamaan
Amanah
Amanah adalah sesuatu yang mulia dan besar yang mengandung banyak keutamaan, diantaranya
1. Amanah adalah jalan menuju kebahagiaan, memasuki surga penuh kenikmatan. Alloh berfirman tentang salah satu sifat orang yang beriman yang akan meraih kebahagiaan:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Mu`minun [23]: dan (QS. al-Ma`arij [70]: 32)
Ayat ini adalah rangkaian dari sifat-sifat orang-orang yang beriman yang dijamin oleh Alloh akan meraih kebahagiaan. (Qod aflahal mu`minun) sungguh beruntung orang-orang beriman yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan itu dengan meraih surga dengan semua kenikmatan dan kebahagiaan abadi selama-lamanya.
2. Amanah adalah sifat yang melekat pada diri para nabi dan rosul, manusia-manusia yang termulia dan terhormat.
Di dalam Al-Qur`an surat asy-Syu`aro disebutkan bahwa semua Nabi dan Rosul memiliki sifat amin (amanah) yang melekat dalam diri mereka:
“Sesungguhnya aku adalah seorang Rosul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian.” (QS. asy-Syu`aro [26]: 107, 125, 143, 162, 178)
Dari ayat ini kita dapat mengerti bahwa sifat amanah adalah sifat orang-orang besar dan mulia, para utusan Alloh Yang Maha Besar lagi Maha Mulia. Dengan demikian, sifat amanah adalah sifat yang agung dan mulia yang harus dimiliki oleh orang-orang yang beriman.
3. Amanah adalah tanda keimanan. Keduanya disandingkan seperti dua sisi mata uang, jika hilang amanah, hilang pula keimanan.
((لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ))
“Tidak ada iman bagi yang tidak mempunyai sifat amanah dan tidak agama bagi yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR. Ahmad. No: 11975 dan Ibnu Hibban dalam Shohihnya. No: 194 dengan sanad yang hasan)
Di dalam hadits ini dijelaskan bahwa amanah adalah inti keimanan yang bisa diibaratkan seperti kedudukan qolbu pada badan. Barangsiapa yang mengabaikan amanah, maka pasti ada penyakit atau kelemahan dalam imannya dan apabila hilang amanahnya, maka sebenarnya dia telah kehilangan imannya.
4. Bobot amanah mampu menandingi dunia dan seluruh isinya.
Rosululloh bersabda:
((أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ، فَلاَ عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ أَمَانَةٍ، وَصِدْقُ حَدِيثٍ، وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ، وَعِفَّةٌ فِي طُعْمَةٍ))
“Ada empat hal yang jika ada padamu, maka apa saja bagian dunia yang hilang darimu tidak akan berbahaya bagimu: menjaga amanah, jujur berbicara, baik fisik, dan menjaga makanan.” (HR. Ahmad, No: 6652)
Seseorang yang diberi anugerah amanah akan menganggap rendah atau hina semua perbendaharaan dan permata dunia. Tak mungkin dia akan menggadaikan amanahnya dengan semua perbendaharaan atau permata dunia manapun dikarenakan semua itu amat rendah dan hina di hadapan amanah yang dianugerahkan kepadanya.
5. Orang-orang yang memiliki sifat amanah adalah orang-orang yang paling berhak untuk memikul satu tugas dan tanggung jawab satu pekerjaan.
Amanah adalah sesuatu yang mulia dan besar yang mengandung banyak keutamaan, diantaranya
1. Amanah adalah jalan menuju kebahagiaan, memasuki surga penuh kenikmatan. Alloh berfirman tentang salah satu sifat orang yang beriman yang akan meraih kebahagiaan:
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Mu`minun [23]: dan (QS. al-Ma`arij [70]: 32)
Ayat ini adalah rangkaian dari sifat-sifat orang-orang yang beriman yang dijamin oleh Alloh akan meraih kebahagiaan. (Qod aflahal mu`minun) sungguh beruntung orang-orang beriman yang memiliki sifat-sifat yang disebutkan itu dengan meraih surga dengan semua kenikmatan dan kebahagiaan abadi selama-lamanya.
2. Amanah adalah sifat yang melekat pada diri para nabi dan rosul, manusia-manusia yang termulia dan terhormat.
Di dalam Al-Qur`an surat asy-Syu`aro disebutkan bahwa semua Nabi dan Rosul memiliki sifat amin (amanah) yang melekat dalam diri mereka:
“Sesungguhnya aku adalah seorang Rosul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian.” (QS. asy-Syu`aro [26]: 107, 125, 143, 162, 178)
Dari ayat ini kita dapat mengerti bahwa sifat amanah adalah sifat orang-orang besar dan mulia, para utusan Alloh Yang Maha Besar lagi Maha Mulia. Dengan demikian, sifat amanah adalah sifat yang agung dan mulia yang harus dimiliki oleh orang-orang yang beriman.
3. Amanah adalah tanda keimanan. Keduanya disandingkan seperti dua sisi mata uang, jika hilang amanah, hilang pula keimanan.
((لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ))
“Tidak ada iman bagi yang tidak mempunyai sifat amanah dan tidak agama bagi yang tidak bisa dipegang janjinya.” (HR. Ahmad. No: 11975 dan Ibnu Hibban dalam Shohihnya. No: 194 dengan sanad yang hasan)
Di dalam hadits ini dijelaskan bahwa amanah adalah inti keimanan yang bisa diibaratkan seperti kedudukan qolbu pada badan. Barangsiapa yang mengabaikan amanah, maka pasti ada penyakit atau kelemahan dalam imannya dan apabila hilang amanahnya, maka sebenarnya dia telah kehilangan imannya.
4. Bobot amanah mampu menandingi dunia dan seluruh isinya.
Rosululloh bersabda:
((أَرْبَعٌ إِذَا كُنَّ فِيكَ، فَلاَ عَلَيْكَ مَا فَاتَكَ مِنَ الدُّنْيَا: حِفْظُ أَمَانَةٍ، وَصِدْقُ حَدِيثٍ، وَحُسْنُ خَلِيقَةٍ، وَعِفَّةٌ فِي طُعْمَةٍ))
“Ada empat hal yang jika ada padamu, maka apa saja bagian dunia yang hilang darimu tidak akan berbahaya bagimu: menjaga amanah, jujur berbicara, baik fisik, dan menjaga makanan.” (HR. Ahmad, No: 6652)
Seseorang yang diberi anugerah amanah akan menganggap rendah atau hina semua perbendaharaan dan permata dunia. Tak mungkin dia akan menggadaikan amanahnya dengan semua perbendaharaan atau permata dunia manapun dikarenakan semua itu amat rendah dan hina di hadapan amanah yang dianugerahkan kepadanya.
5. Orang-orang yang memiliki sifat amanah adalah orang-orang yang paling berhak untuk memikul satu tugas dan tanggung jawab satu pekerjaan.
Kebalikan
dari amanah adalah khianat, inilah sumber malapetaka yang signipikan dalam
menyumbang kehancuran umat dewasa ini, mewabahnya manipulasi, persekongkolan
tidak sehat, berlaku curang, dekadensi moral, berlaku zalim, monopoli kekayaan
dan jenis-jenis maksiat lain. Karena sesungguhnya seluruh perbuatan maksiat
adalah khianat.
· KHIANAT
Lawan dari sifat Amanah adalah khianat.
Khianat adalah sifat munafik yang dibenci oleh Allah apalagi jika yang
dikhianati adalah Allah atau Rosulnya. Dalam firman Allah : “ Hai
orang-orang yang beriman janganlah kamu menghianati Allah, dan rosul dan juga
janganlah kamu menghianati amanh-amanah yang dipercayakan kepada kamu,
sedangkan kamu mengetahuinya.” ( Qs. Al anfal 8 : 27 )
Ø ISTIQOMAH
Secara etimologis, istiqomah berasal dari
istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah
adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun
menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan.Perintah dalam beristiqomah dinyatakan
dalam al-Aquran dan sunnah : “ Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu
) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 ).
Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup
tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus
dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut.
Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah
akan selalu berjalan kepada yang lurus yang cepat alam menghantarkan tujuan. Hal
ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk
mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami
beberapa ujian dari Allah.
Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata
melainkan ujian dari Allah termasuk kesenangan juga. Namun seorang yang
istiqomah akan tetap teguh dalam mengahadapi kedua ujian terebut. Dia tidak
akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan dan lain sebagainya.
Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan.
· Tahap-tahap
istiqamah, yaitu:
1. Istiqamah hati
Yaitu
sentiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian
hati daripada sifat syirik, menjauhi sifat-sifat cela seperti riak dan
menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas. Dengan kata-kata lain
istiqamah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap.
2. Istiqamah lisan
Yaitu:
memelihara lisan atau tutur kata daripada kata-kata supaya sentiasa berkata
benar dan jujur, setepat kata hati yang berpegang pada prinsip kebenaran dan
jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-muka dan tidak berdolak dalik.
Istiqamah lisan terdapat pada orang yang beriman, berani menyatakan dan
mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah Taala.
3. Istiqamah
perbuatan
Yaitu
tekun berkerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja usaha untuk
mencapai kejayaan yang di ridhai Allah. Dengan kata lain istiqamah perbuatan
merupakan sikap dedikasi dalam melakukan suatu pekerjaan, perusahaan atau
perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat atau putus
asa. Sikap ini menjadi begitu rupa kerana dorongan hati yang istiqamah.
· Keutamaan
istiqomah
Istiqamah juga memiliki beberapa keutamaan yang
tidak dimiliki oleh sifat-sifat lain dalam Islam. Diantara keutamaan istiqamah
adalah :
1.
Istiqamah merupakan jalan menuju ke surga.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
(dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa
sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan
Allah kepadamu”. (QS. 41 : 30)
2.
Berdasarkan ayat di atas, istiqamah merupakan satu
bentuk sifat atau perbuatan yang dapat mendatangkan motivasi dan pertolongan
Allah SWT.
3.
Istiqamah merupakan amalan yang paling dicintai oleh
Allah swt. Dalam sebuah hadits digambarkan : Dari Aisyah r.a., bahwa Rasulullah
saw. bersabda, ‘Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian (maksudnya;
istiqamahlah dalam amal dan berkatalah yang benar/jujur) dan mendekatlah kalian
(mendekati amalan istiqamah dalam amal dan jujur dalam berkata). Dan
ketahuilah, bahwa siapapun diantara kalian tidak akan bisa masuk surga dengan
amalnya. Dan amalan yang paling dicintai Allah adalah amalan yang langgeng
(terus menerus) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
4.
Berdasarkan hadits di atas, kita juga diperintahkan
untuk senantiasa beristiqamah. Ini artinya bahwa Istiqamah merupakan pengamalan
dari sunnah Rasulullah saw.
5.
Istiqamah merupakan ciri mendasar orang mukmin. Dalam
sebuah riwayat digambarkan: Dari Tsauban ra, Rasulullah saw. bersabda,
‘istiqamahlah kalian, dan janganlah kalian menghitung-hitung. Dan ketahuilah
bahwa sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak ada yang dapat menjaga
wudhu’ (baca; istiqamah dalam whudu’, kecuali orang mukmin.) (HR. Ibnu Majah)
BAB III
PENUTUP
kesimpulan
Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi
kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan
menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara rohani. Akhlak
pribadi seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak pribadi yang baik dan akhlak
pribadi yang buruk. Aklak pribadi yang baik misalnya sidiq, iffah, amanah,
mujahadah, istiqomah, saj’ah, tawadhu, malu, dan lain sebagainya. Akhlak
pribadi yang buruk misalnya suka berbohong, berkhianat, pantang menyerah tidak
tau malu dan lain sebagainya.Beberapa faktor yang mempengaruhi akhlak pribadi
seseorang yaitu antara lain, faktor intern yaitu faktor yang mempengaruhi dalam
diri sendiri, faktor ekstern yaitu faktor dari luar baik dari keluarga,
kelpompok, sahabat ataupun masyarakat. Oleh karena itu agar sifat pribadi
seseorang muslim selalu terjaga dengan baik ada beberapa cara agar akhlak
pribadi seseorang terbentuk baik diantaranya sebagai berikut : Akidah
(Keyakinan) Yang Benar, Berdo’a kepada Allah SWT, Mujahadah
(Perjuangan), Muhasabah (Intropeksi Diri ), Tafakkur (Merenung)
Dampak positif dari Akhlak Mulia, Melihat dampak negatif dari akhlak
tercela , Jangan Pernah Berputus asa, Bercita – cita yang
Tinggi,Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil) dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar